Sabtu, 29 Juni 2013

Separation

Diposting oleh Aliya W di 11.21 0 komentar
Six degrees of separation

Rabu, 19 Juni 2013

Kesalahan Lizzie

Diposting oleh Aliya W di 09.33 0 komentar
Di bawah teduhnya pohon di sebuah pinggir sungai, Lizzie duduk termangu sambil mencorat-coret sesuatu di buku sketsanya dan memikirkan tentang, siapa lagi kalau bukan Vano, orang yang selalu dia pikirkan selama bertahun-tahun ini.

Vano, orang yang tanpa secara langsung memberi kontribusi besar pada kehidupan sehari-hari Lizzie.Vano yang selalu membuatnya sedih tanpa alasan, Vano yang membuatnya selalu pulang lewat sore karena jadwal latihan futsalnya, Vano yang selalu membuatnya semangat hanya karena keberadaannya saja, Vano yang membuat Lizzie bingung sendiri tentang apakah dia gendut atau tidak, cantik atau tidak, Vano yang...

Masalahnya, Apakah Vano peduli akan semua hal itu?

Mungkin apa yang dikatan Fanya benar, "Untuk apa kamu peduli sama hal yang bahkan nggak peduli sedikit pun sama kamu? Untuk apa kamu bergantung pada hal yang sama sekali bahkan belum tentu baik sama kamu? Cinta? Ha! You must be kidding. Love never hurt us. Love is not complicated, but you make it complicated, Liz. Time to wake up and move on."

Apakah Vano peduli akan kesedihan Lizzie, saat Vano resmi bersama Ghina, seniornya?
Apakah Vano peduli akan lelahnya Lizzie menunggu Vano hingga lewat sore karena latihan fustsalnya?
Apakah Vano peduli akan semangat Lizzie karena adanya Vano?
Apakah Vano peduli akan penampilan Lizzie?
Apakah Vano peduli dengan Lizzie?

Mungkin ini kesalah terbesar bagi Lizzie yang selalau mengelak kenyataan bahwa Vano bukanlah orang yang terbaik bagi Lizzie, bahwa Vano selamanya bukan untuk Lizzie. Inilah kesalahan Lizzie yang selalu mengelak pada kenyataan, dan yang selalu memuntahkan pil kenyataan mentah-mentah. Padahal sudah sewajarnya kita sebagai manusia untuk menelan pil kenyataan meskipun rasanya sangat pahit, bukan?

Hati Lizzie menjerit, ia seakan marah. Kemudian Lizzie melempar buku sketsanya ke sungai, kemudian ia pergi dari tempat itu dengan mengayuh sepedanya. Ia marah akan kenyataan yang terus mengejeknya akan kebodohannya. Senyuman Vano terus terbayang di pikiriannya. Bukan senyum yang manis, akan tetapi senyum yang mengejek akan kebodohan dirinya.

Di sisi lain, buku sketsa Lizzie, yang dia lempar tidak benar-benar jatuh ke sungai. Buku sketsa itu malah jatuh dan terbuka. Dan di dalam buku itu terdapat puluhan sketsa... wajah Vano.

Inilah kesalah Lizzie.

 

Vinthought Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos